www.domainesia.com

Argumentasi Pengemis Menjadi Pengemis?


Ketika Anda naik bis kota, atau melintasi persimpangan jalan yang ada lampu merahnya, atau berlangsung di trotoar di sentra kota, atau berada di hingar bingar, apa yang Anda temui di sana? Ya, mungkin Anda melihat di sana ada pengemis-pengemis yang bertebaran atau dalam pernyataan yang paling ekstrem kita katakan ’bergentayangan’. Mereka memang mirip hantu yang bergentayangan menggoda manusia (orang lain) dalam penampakan yang berlawanan-beda, ada yang pura-pura cacat kakinya (buntung/lumpuh), ada yang mendandani tubuhnya sehingga seolah-seolah mengidap sakit yang parah, memakai bayi sewaan untuk memberi kesan ‘menderita’, ada pula yang cuma memasang paras melas, ada yang pura-pura buta, bahkan ada yang melakukannya dengan cara menodong orang demi mendapatkan apa yang mereka inginkan.

 atau    melintasi persimpangan jalan yang ada lampu merahnya Alasan Pengemis Menjadi Pengemis?Penampakan semacam itu adalah hal yang sering kita saksikan di kota besar seperti Surabaya ini. Surabaya memang menjadi pusat urbanisasi dan menjadi magnet bagi orang-orang yang hendak mencari penghidupan. Di kota ini, orang-orang yang memiliki kemampuan dan keahlian akan lebih mudah mendapat tempat (pekerjaan), sedangkan bagi mereka yang minim keahlian/keterampilan juga akan mendapat daerah, dengan syarat ada usaha yang keras dan tak kenal menyerah untuk bertahan dalam kompetisi yang ketat. Ada pula orang-orang yang tidak memiliki apa-apa—bahkan motivasi untuk berkarya sekalipun—yang mereka miliki cuma telapak tangan untuk menadah duit hasil kerja orang lain, inilah orang-orang yang sudah kita bicarakan di wajah, mereka yang senantiasa bergentayangan di sekitar kita, tak kenal waktu dan tak kenal tempat.

Penelitian tentang pengemis oleh Dr. Engkus Kuswarno (Penelitian Konstruksi Simbolik Pengemis Kota Bandung ) menyebut ada lima ketegori pengemis berdasarkan karena menjadi pengemis, yakni:
  1. Pengemis Berpengalaman: lahir karena tradisi. Bagi pengemis yang lahir alasannya adalah tradisi, langkah-langkah mengemis yaitu suatu tindakan kebiasaan. Mereka sukar menghilangkan kebiasaan tersebut karena orientasinya lebih pada periode lalu (motif sebab).
  2. Pengemis kontemporer kontinu tertutup: hidup tanpa alternatif. Bagi kalangan pengemis yang hidup tanpa alternatif pekerjaan lain, langkah-langkah mengemis menjadi satu-satunya pilihan yang mesti diambil. Mereka secara kontinyu mengemis, tetapi mereka tidak memiliki kemampuan untuk mampu hidup dengan melakukan pekerjaan yang hendak menjamin hidupnya dan mendapatkan duit. atau    melintasi persimpangan jalan yang ada lampu merahnya Alasan Pengemis Menjadi Pengemis?
  3. Pengemis kekinian kontinyu terbuka: hidup dengan peluang. Mereka masih mempunyai alternatif pilihan, sebab memiliki kemampuan lain yang dapat mereka kembangkan untuk menjamin hidupnya. Hanya saja keterampilan tersebut tidak dapat berkembang, alasannya adalah tidak memakai peluang tersebut dengan sebaik mungkin atau alasannya adalah kelemahan kesempatansumber daya untuk mampu mengembangkan potensi tersebut.
  4. Pengemis kekinian temporer: hidup musiman. Pengemis yang hanya sementara dan bergantung pada keadaan animo tidak dapat diabaikan keberadaannya. Jumlah mereka biasanya meningkat kalau menjelang hari raya. Daya dorong tempat asalnya sebab demam isu kemarau atau gagal panen menjadi salah satu pemicu berkembangnya kelompok ini.
  5. Pengemis rerencana: berjuang dengan impian. Pengemis yang hidup berjuang dengan keinginan pada hakikatnya yakni pengemis yang sementara (kontemporer). Mereka mengemis sebagai suatu batu loncatan untuk mendapatkan pekerjaan lain sehabis waktu dan situasinya dipandang cukup.
 atau    melintasi persimpangan jalan yang ada lampu merahnya Alasan Pengemis Menjadi Pengemis?Dari hasil observasi di atas, kita pahami bahwa mengemis merupakan opsi yang tidak semata-mata disebabkan oleh keterhimpitan ekonomi (kemiskinan) atau keterbatasan fisik (ketuaan/cacat badan)—dua hal yang sering dijadikan argumentasi langkah-langkah mengemis—yang kedua-duanya menyebabkan hilangnya peluang kerja, akan tetapi juga disebabkan faktor lain, mirip faktor tradisi sebuah masyarakat yang menimbulkan mengemis sebagai profesi; kelemahan potensi sumber daya untuk mampu berbagi potensi ; dan kondisi musiman, sebagaimana yang sudah disebutkan di atas. Namun demikian, penelitian tersebut ternyata tidak memperhitungkan aspek individu selaku makhluk yang memegang nilai-nilai hidup, dengan kata lain, hasil observasi tersebut hanya dirumuskan berdasarkan penemuan faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi individu, padahal aspek yang paling fundamental sebagai sebab individu menentukan untuk mengemis atau tidak mengemis adalah nilai-nilai yang dihayati individu. Boleh saja stimulus-stimulus eksternal mendorong individu untuk melakukan sesuatu, akan namun jikalau ia memegang kuat nilai-nilai yang berlawanan dengan dorongan stimulus tersebut apa individu akan megikuti dorongan stimulus? Hidup kita, pilihan-pilihan kita dan keputusan untuk berbuat atau tidak berbuat, bantu-membantu sadar atau tidak sadar sudah melalui pendapatnilai-nilai yang kita hayati.

Tulisan di bawah ini akan mencoba untuk pertanda bahwa nilai-nilai yang dihayati oleh individu yakni aspek yang esensial dan fundamental yang dapat menerangkan mengapa individu pada akibatnya memutuskan untuk menjadi pengemis, bukan aspek kemiskinan; kekurangan fisik; tradisi; kekurangan sumber daya; terlebih cuma sekadar faktor musiman: menjelang hari raya, kemarau, dan gagal panen.

 atau    melintasi persimpangan jalan yang ada lampu merahnya Alasan Pengemis Menjadi Pengemis?Saya sering menemui orang-orang yang menurut aku “hebat”, saat orang-orang seperti mereka dan bahkan yang lebih beruntung dari mereka memutuskan menjadi pengemis, mereka justru dengan tegar, dan tak kenal menyerah melakukan pekerjaan yang mungkin kita anggap remeh, namun jauh lebih terhormat dibandingkan dengan mengemis. Dalam potensi ini, saya akan mengisahkan pengalaman bertemu dengan tiga orang yang telah membangkitkan dan menyadarkan aku akan kekuatan jiwa mereka. Di sekitar rumah aku ada seorang kakek menjajakan koran menggunakan sepeda pancal, dengan teriakannya yang khas, “Koooran…Jawa Pos…SuryaaMemoRadar…”, dia menjajal menarik minat pelanggannya, begitu senantiasa setiap pagi. Saya kadang-kadang terharu menyaksikan kakek ini, betapa luar biasanya ia, melakukannya tak kenal menyerah setiap hari, entah berapa laba yang bisa beliau peroleh cuma dengan menjual koran yang tak seberapa banyak, dan pembeli yang jarang-jarang itu.

Ada juga seorang nenek yang selalu menciptakan saya terenyuh jika berpapasan dengannya. Nenek ini pedagang jenang yang setiap hari mengitari daerah tempat tinggal aku, dari pagi hari, siang sampai sore hari. Sungguh luar biasa bagi aku, dengan sarat ketegaran nenek ini mendorong grobaknya dan dengan suaranya yang melengking dia memanggil calon pembeli. Saya merasa kagum dengan kebesaran dan kekokohan jiwanya serta penerimaannya pada dirinya, orang lain dan dunia. Betapa masa tuanya harus diisi dengan berjualan masakan yang mungkin tidak terlalu banyak jadinya.

Suatu hari saya naik bemo dari Surabaya ke Sidoarjo, mirip biasa, kendaraan yang saya tumpangi itu berhenti di depan RSUD Sidoarjo untuk mencari penumpang. Di segi kiri jalan, aku lihat tepat di samping kendaraan itu orang tua yang lumpuh kakinya, ia duduk di atas bangku roda, di pangkuannya ada kotak besar berisi berbagai macam merek rokok, dia seorang pedagang rokok yang cacat. Saya benar-benar terharu melihatnya, ia telah bau tanah, kakinya lumpuh pula, tapi beliau tetap mampu berkarya. Bagi saya dia seorang pejuang yang tak kenal menyerah atau pun rendah diri dengan cacat yang diderita, beliau bekerja dan tak menginginkan belas kasih orang lain, dia sedang berjuang untuk menegakkan dirinya sendiri.

 atau    melintasi persimpangan jalan yang ada lampu merahnya Alasan Pengemis Menjadi Pengemis?Orang-orang yang telah dikisahkan di atas ialah mereka yang mengalami keterhimpitan ekonomi (kemiskinan) atau keterbatasan fisik (ketuaan/cacat tubuh) yang mestinya menjadikan hilangnya kesempatan kerja, namun nyatanya mereka masih tetap bisa melakukan pekerjaan tanpa harus meminta-minta. Oleh sebab itu kedua aspek yang ditengarahi sebagai aspek penyebab individu mengemis tersebut dengan sendirinya mesti kita katakan selaku bukan karena yang esensial dan mendasar mengapa seseorang memilih menjadi pengemis. Kenyataan ini juga menegaskan bahwa faktor tradisi; kelemahan potensi sumber daya untuk dapat membuatkan potensi ; dan kondisi musiman, mirip ketika menjelang hari raya, adanya kemarau serta gagal panen di tempat asal hanyalah pseudo-aspek dari penyebab menjadi pengemis. Kegagalan individu dalam memaknai kehidupannyalah yang menenteng dia terjerumus ke dalam kesia-siaan tanpa karya (baca: mengemis). Nietzsche berkata, ”Dia yang punya argumentasi untuk hidup yakni dia yang yang bangkit tegak bertahan tanpa bertanya bagaimana caranya”. Mereka yang merasa punya sesuatu untuk tertuntaskan di kurun depan, mereka yang punya iktikad berpengaruh, memiliki potensi yang lebih banyak daripada mereka yang kehilangan keinginan.

 atau    melintasi persimpangan jalan yang ada lampu merahnya Alasan Pengemis Menjadi Pengemis?Dalam persepsi Frankl, kehidupan manusia bertujuan untuk menemukan makna hidup. Makna hidup yakni nilai-nilai yang berguna dan dihayati yang menciptakan seorang individu merasa berharga dan mempunyai alasan untuk hidup dan menegakkan dirinya. Apabila insan gagal untuk memperoleh makna hidupnya, maka dia akan mengalami neurosis eksistensial (noƶgenik), yakni kondisi seseorang ketika dalam hidupnya merasa hampa, tidak bermakna, tanpa tujuan, tanpa arah dan seterusnya. Hal inilah yang bisa menjelaskan mengapa seseorang yang sehat, segar dan bugar dapat menentukan menjadi pengemis. Sedangkan mereka yang berhasil menemukan makna hidupnya, maka ia akan memiliki kesempatan yang lebih banyak untuk bertahan menegakkan dirinya, hal inilah yang dicontohkan oleh ketiga individu yang dikisahkan di atas.

Alhasil, dari semua yang telah kita diskusikan mampu ditarik kesimpulan bahwa keterhimpitan ekonomi (kemiskinan), keterbatasan fisik (ketuaan/cacat tubuh), aspek tradisi; kekurangan potensi sumber daya untuk mampu menyebarkan kesempatan; dan keadaan musiman, mirip saat menjelang hari raya, adanya kemarau serta gagal panen di daerah asal, bukan alasannya adalah yang esensial dan mendasar mengapa seseorang menentukan menjadi pengemis. Ketidakmampuan individu dalam mendapatkan makna hiduplah yang menyebabkan beliau mengalami keputus-asaan, kehilangan keyakinan diri dan kehilangan kebebasan untuk berkarya tanpa mesti mengharap belas kasihan orang lain.











sumber: kaskus.us

Posting Komentar

Post a Comment (0)

Lebih baru Lebih lama

BISNIS FUN

20rb
Tuyul Online