Terkadang alasannya minimnya wawasan kita, dilema yang semestinya mampu disikapi dengan bijak malah menjadi sebaliknya. Hal yang seharusnya bisa dijadikan pelajaran serta diambil hikmahnya, malah menjadi hukuman dan penyesalan yang tiada hentinya. Hal yang mampu dikomunikasikan malah menjadi kekecewaan. Hal yang sepele dan mudah manjadi segunung gede dan sukar. Hal yang sederhana menjadi rumit hebat sebab ulah kita juga.
Maka tak heran aneka macam kegagalan dan kehancuran keluarga disebabkan alasannya adalah tidak bijaknya keluarga tersebut menanggapi suatu masalah. Satu hal utama yang dilupakan adalah desain dan komitmen di permulaan untuk berkomunikasi membangun komitmen. Alangkah baiknya bila semua hal itu dikonsep lebih awal dengan acuan komunikatif dan janji. Jika perlu kita tanyakan kepada pasangan kita: “Kamu ingin aku seperti apa?”. Sedetail dan seawal mungkin dibangun janji-komitmen bareng , sehingga setiap value akan terkomunikasikan. Jangan sampai sesudah perahu telah hingga tengah lautan, limbung kemudian tenggelam alasannya
tidak adanya aturan/janji antar penumpangnya. Jangan sampai juga anak yang membutuhkan pola namun orangtua malah memperdebatkan. Sungguh hebat efek dari komunikasi dan komitmen-kesepakatan yang dibuat bareng ini.
Ada seorang salafusshalih dikala malam pertama, mulai ba’da isya hingga menjelang shubuh hanya diisi dengan saling mengajukan pertanyaan dan menyetujui value tentang diri langsung masing–masing. Jadi dibahas rincian mulai apa yang digemari, apa yang tidak disukai, siapa sahabat yang mesti dihormati, siapa keluarga yang mesti didahulukan dibantu, apa yang mesti dilaksanakan dikala ini, dikala itu dan bahkan apa yang harus dijalankan ketika masing–masing marah serta masih banyak akad-janji lain yang bisa dikomitmenkan.
Makara jikalau diantara pasangan kita menghadapi problem, mungkin sedang marah, atau sedang sedih, sedang galau, sedang tidak semangat, maka kembalikan lagi terhadap janji yang telah dibuat. InsyaAllah akan lebih mudah bagi kita untuk mengambil sikap, kebijakan dan juga keputusan. Tentunya dengan kesabaran dan kesepakatan dalam segala proses menjalani komitmen yang sudah dibentuk.
Rona kehidupan dengan aneka macam antribut permasalahannya tidak lepas dari kehidupan kita. Bagai bintang di langit, rasanya hidup itu tidak lengkap tanpa adanya sebuah ‘problem’. Bahkan justru dengan problem tersebutlah kita akan lebih matang dan lebih bijak dalam mengarungi samudera kehidupan. Dengan masalah kita juga akan dinaikkan derajatnya, sebagaimana Allah menguji para hambaNya yang beriman untuk naik kelas. Bahkan para Rasul dan Nabi pun tidak luput dari cobaan dan dilema, yang bila mau kita telaah, lebih besar dan berat kadarnya. Maka sepatutnya setiap dilema tidak perlu terlalu kita permasalahkan, namun sejatinya yang kita butuhkan ialah bagaimana kita bersikap dan bagaiamana kita mengambil pesan tersirat dibalik dilema tersebut. Semoga dengan membangun komunikasi dan komitmen, dilema menjadi lebih tidak memiliki masalah.
Maka mari selagi sempat dan tiada kata telat. Dalam keadaan apapun dan bagaimanapun, utamanya dengan keluarga kita, dengan pasangan kita, dengan belum dewasa kita, dengan masyarakat umum juga, kita perbaiki kesepakatan, kesepakatan dan komunikasi kita. Wallahu a’lam bishowab. (keluargabahagia)
Posting Komentar